Dewan Hakim STQH XI Kepri Resmi Diberangkatkan dari Batam
Dewan Hakim STQH XI Kepri, Wali Kota Batam Amsakar Achmad resmi melepaskan mereka dalam sebuah seremoni penuh penghormatan, Kamis malam, 19 Juni 2025. Sekretaris Daerah Kota Batam, Jefridin M.Pd., mendampingi Amsakar menyampaikan pesan mendalam: Jaga objektivitas dan integritas penilaian.
“Atas nama Pemerintah Kota Batam, saya ucapkan selamat bertugas. Saya percaya Bapak dan Ibu adalah sosok terpercaya, arif, dan bijaksana dalam menilai,” ucap Amsakar di hadapan para dewan hakim yang akan bertugas di ajang Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) XI Tingkat Provinsi Kepulauan Riau di Tanjungpinang.
Objektivitas Jadi Kunci Marwah Penilaian
Dalam sambutannya, Amsakar menegaskan bahwa kemenangan sejati dalam ajang keagamaan ini hanya akan bermakna jika penilaian yang objektif.
“Penilaian tidak boleh condong pada siapa pun. Kemenangan yang lahir dari objektivitas akan terasa nikmat, sah, dan membanggakan. Di sinilah letak kehormatan tugas dewan hakim,” katanya.
Batam Punya Kafilah Andal
Amsakar mengakui bahwa Kafilah Kota Batam selalu menunjukkan prestasi gemilang dalam ajang STQH. Namun, ia tidak ingin kebanggaan itu menjadi alasan untuk berlaku tidak adil.
“Kalau Batam menang, pastikan karena memang layak. Jangan karena kedekatan, jangan karena kebanggaan semata. Mari jaga objektivitas. Itu cerminan integritas,” ujarnya dengan nada serius.
Batam Dominan di Komposisi Dewan Hakim, Tapi Harus Tetap Netral
Dewan Hakim dari Batam tercatat menjadi yang paling banyak mewakili pada STQH XI Kepri 2025. Amsakar mengapresiasi kepercayaan dari Pemerintah Provinsi kepada ustaz dan ustazah dari Batam, tetapi kembali mengingatkan bahwa jumlah bukan jaminan kebaikan tanpa integritas.
“Banyaknya perwakilan tidak berarti apa-apa jika tidak menjaga obyektivitas. Sekali kita menyalahgunakan kepercayaan itu, maka hancur pula martabat yang kita bawa,” tuturnya takzim.
Akhir Kata: Menilai dengan Hati yang Bersih
Sebelum menutup acara, Amsakar kembali mengajak seluruh dewan hakim untuk menjalankan tugas dengan hati yang jernih, menjunjung tinggi profesionalisme dan nilai-nilai keagamaan dalam mengambil setiap keputusan.
“Jangan sekadar menilai, tapi hadirlah sebagai penjaga nilai. Integritas tidak bisa ditawar. Hanya dengan itu, STQH ini akan tetap menjadi ajang yang bermartabat,” pungkasnya.(rusdi)