Batamclick.com, JIKA kita mendengar kata “empati” pastinya akan terbesit kepada respon terhadap kegundahan, kebutuhan atau kesusahan orang lain.
Padahal, empati jika diartikan secara sederhana adalah: memposisikan diri kita berada di dalam orang lain.
Empati seringkali digambarkan sebagai “berada di dalam sepatu orang lain” atau “melihat dari mata orang lain”.
Makanya, empati bukan sekadar respon biasa, bahkan tidak pula pendramatisiran perasaan, melainkan lebih masuk kepada merasakan apa yang dirasakan orang lain dari hati nurani.
Pastinya, sikap empati ini keluar secara naluriah, baik dari pandangan mata, ekspresi wajah, gesture tubuh, serta ucapan.
Dahsyatnya, sikap empati mampu merasuk ke dalam jiwa orang yang sedang menerima respon. Sehingga, orang yang memiliki empati secara tulus cukup memberi senyum maka akan memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
Jika ingin melihat kedalaman empati seseorang, maka lihatlah ketulusan senyum orang lain yang menerimanya.
Hal inilah yang dirasakan masyarakat saat bertemu Wakil Gubernur Kepulauan Riau Hj Marlin Agustina.
Terbukti pada setiap kunjungan, masyarakat yang menerimanya tampak tersenyum tulus. Sehingga wajar jika kemudian mereka memeluk Wagub Marlin, tanda nyaman, seolah tak ingin dipisahkan lagi.
Kemampuan berempati seharusnya dimiliki oleh semua orang. Namun yang membedakan perasaan empati seorang individu dengan lainnya adalah, tingkat kedalaman perasaan dan cara menunjukkan perasaan empati tersebut.
Pentingnya empati dapat dilihat pada kesehatan hubungan antar personal seseorang.
Secara naluriah, yang dapat merasakan perasaan adalah orang lain, namun tetap dapat menjaga keutuhan pikirannya sendiri.
Sehingga orang tersebut tetap memiliki integritas dan identitasnya sendiri. (Ditulis oleh: The R Team).