Batamclick.com, Batam – Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada Juni 2024 mencatatkan inflasi sebesar 0,28% (mtm). Wakil Ketua TPID Kepulauan Riau, Suryono, mengungkapkan bahwa secara spasial, Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Karimun mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,29% (mtm), 0,16% (mtm), dan 0,30% (mtm). Secara tahunan, IHK di Provinsi Kepri mencatatkan inflasi sebesar 3,54% (yoy) atau 1,46% (ytd) berdasarkan tahun kalender¹.
Kenaikan harga komoditas menjadi faktor utama inflasi di Provinsi Kepri. Beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi antara lain angkutan udara, daging ayam ras, cabai merah, beras, dan ikan tongkol. Kenaikan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan selama momen libur sekolah. Selain itu, harga makanan seperti daging ayam ras, cabai merah, dan beras juga mengalami kenaikan karena terbatasnya pasokan dari daerah sentra produksi. Ikan tongkol mengalami kenaikan harga karena permintaan yang tinggi selama Hari Raya Idul Adha¹.
Dalam upaya mengendalikan inflasi, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Kepri. Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), BI dan TPID menggunakan strategi 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Pada bulan Juni 2024, beberapa langkah stabilisasi harga dilakukan, termasuk koordinasi program melalui rapat TPID, penyelenggaraan Operasi Pasar Murah (OPM) dan Gerakan Pangan Murah (GPM), serta pelaksanaan Capacity Building TPID di Kabupaten Karimun. Monitoring dan evaluasi terhadap Bantuan Pangan dan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) juga dilakukan bersama Ombudsman RI, Bapanas RI, Bulog, dan OPD Provinsi Kepri¹.
Untuk masa depan, TPID akan terus mengantisipasi risiko inflasi. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain berlanjutnya masa libur sekolah yang dapat meningkatkan permintaan terhadap jasa angkutan udara, kondisi cuaca dengan hujan intensitas menengah-tinggi yang memengaruhi produksi komoditas pangan, dan periode tahun ajaran baru yang berpotensi meningkatkan konsumsi masyarakat dan berdampak pada inflasi inti¹.