BATAMCLICK.COM: Greysia Polii, nama yang tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Ya, atlet bulutangkis kelahiran 11 Agustus 1987 ini mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade 2020 Tokyo. Bersama rekannya, Apriyani Rahayu, ia berhasil menyumbangkan medali emas di nomor ganda putri.
Perjalanan karier seorang Greys (begitu ia akrab disapa) tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Anak yatim ini harus berjuang dengan semangat pantang menyerah. Ia bahkan pernah berfoto dengan sebatang cokelat berbentuk medali emas yang dipajang di akun Facebook-nya pada 2010, disertai keterangan: Greys akan meraih medali emas Olimpiade. Itulah impian sekaligus cita-citanya.
Hidup Greysia tidaklah mudah. Sejak berusia 2,5 tahun, ia telah kehilangan ayahnya yang meninggal dunia. Bocah perempuan yang saat itu bahkan belum bisa mengelap ingusnya sendiri, dibesarkan oleh ibunya, Evie Pakasi.
Seperti anak-anak lainnya, Greysia tumbuh bermain bersama teman-teman. Bermain bulutangkis di depan rumah menjadi kegemarannya selain bernyanyi. Evie, yang melihat bakat luar biasa pada putrinya, memberikan dukungan penuh. Pada usia 10 tahun, Greysia diantar ke salah satu klub bulutangkis ternama di Jakarta. Di sanalah ia merasa Tangan Tuhan hadir dan menyelamatkannya.

“Waktu itu tanggal 13 Mei 1998, saat hari kerusuhan besar. Kami tidak tahu akan ada kerusuhan. Saya dan mama naik taksi menuju Tangkas (Tangkas Sport Center) yang terletak di Green Ville. Namun, di tengah jalan, tepatnya di Universitas Trisakti, saya dan mama diminta turun dari taksi karena di depan ada kerumunan massa. Kerusuhan sudah terjadi,” ungkap Greys dengan mata berkaca-kaca.
“Anak 10 tahun yang belum mengerti apa-apa, disuruh turun di tengah suasana kacau balau. Saya bingung, dan kami tidak tahu harus ke mana. Rasanya saat itu kami benar-benar pasrah,” lanjutnya.
Namun, menurut Greysia, di saat genting itulah pertolongan Tuhan datang kepada mereka.

“Tiba-tiba ada seorang bapak pengendara motor mendekat dan bertanya, ‘Ibu mau ke mana?’ Mama saya langsung menjawab, ‘Ke Green Ville.’ Tanpa ragu, bapak itu menggendong saya naik ke motornya. Mama saya ikut naik, dan dia langsung tancap gas, melewati gang-gang kecil hingga akhirnya kami sampai di Green Ville,” kenangnya penuh rasa syukur.
Saat tiba di Green Ville, gerbangnya ditutup dan tamu tidak diizinkan masuk. “Namun, tiba-tiba datang seorang ibu dengan wajah penuh darah yang meminta perlindungan. Akhirnya, kami diizinkan masuk. Di situlah kami merasa benar-benar diselamatkan,” tambah Greysia.
Banyak suka duka yang dialami Greysia dalam perjalanan mengejar impiannya. Ia bahkan pernah “ditendang” keluar dari Olimpiade 2012 di London karena dianggap tidak bermain serius dan sengaja mencari kekalahan agar mendapatkan lawan yang lebih mudah di babak berikutnya.
Greysia sebenarnya sudah berniat pensiun dari dunia bulutangkis pada 2017. Namun, kehadiran Apriyani Rahayu di Pelatnas sebagai pasangannya kembali memotivasi dirinya untuk mengejar emas di Olimpiade.
“Banyak Tangan Tuhan yang menyentuh hidup saya dalam proses keberhasilan ini, termasuk kehadiran Apriyani. Kalau dia tidak masuk Pelatnas, mungkin saya sudah pensiun pada 2017. Namun, karena dia masuk dan pelatih menjadikannya tandem saya, Apriyani menjadi motivasi besar bagi saya. Akhirnya, saya menunda pernikahan hingga empat tahun,” ungkap Greysia blak-blakan.
Masih banyak pengalaman inspiratif yang dibagikan oleh Greysia Polii dalam bukunya berjudul Menembus Garis Batas.

Buku ini dibedah langsung oleh Greysia pada Kamis (16/1/2025) petang, dengan dipandu oleh konten kreator ternama Hendrik Bopen di Grand Batam Mall, Nagoya, Batam.
Acara ini diselenggarakan oleh Toko Buku Gramedia dan Grand Batam Mall. Pada kesempatan itu, Greysia juga menyerahkan buku kepada Ikatan Guru Indonesia (IGI) Batam untuk dibagikan kepada siswa-siswi di seluruh Batam.
Sebagai penghargaan, Greysia menerima sebuah karya seni luar biasa berupa lukisan yang terbuat dari shuttlecock, hasil karya seniman lokal Abang Seni.

Bagi Anda yang ingin membaca secara lengkap perjalanan hidup Greysia Polii dari nol hingga berhasil mengharumkan nama Indonesia, segera dapatkan buku Menembus Garis Batas di Toko Buku Gramedia.

Buku setebal 362 halaman ini dibanderol dengan harga Rp 134.000 saja. Sangat inspiratif dan cocok dibaca di mana saja. Jangan sampai kehabisan, ya! (novianto)