BATAMCLICK.COM: Koordinator Pos SAR Tanjungbalai, Basarnas Kepri Nugraha Ade Chandra mengatakan bahwa akibat bencana memerlukan penanganan yang khusus dan kesiapan yang baik agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Karena itu, pengetahuan dan kemampuan dalam penanganan cedera, seperti patah tulang akibat bencana, sangat penting untuk didapatkan.
“Hal mendasar soal pembidaian ini sangat penting. Karena untuk menstabilkan dan melindungi bagian tubuh yang mengalami cedera, seperti patah tulang, keseleo, atau terkilir, agar tidak bergerak dan mencegah kerusakan lebih lanjut,” kata Nugraha, di Holiday Karimun Hotel, Tanjungbalai, Kabupaten Karimun, Kamis (7/11).
Di Karimun, Nugraha bersama Hendra Hidayat, Kabid Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran Karimun memberi materi dalam Koordinasi Penyelenggaraan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat. Sesuai dengan salah satu tugas dan fungsinya membantu dalam penanganan bencana, anggota Satlinmas perlu mendapat pengetahuan tentang bencana.
Nugraha memberikan pengetahuan dan melakukan praktik tentang pembidaian. Para peserta pun ikut mempraktikkan langsung cara-cara pembidaian yang benar. Semuanya itu agar tak ada cedera lebih lanjut.
“Pembidaian ini bisa bersifat sementara untuk pertolongan pertama sebelum mendapatkan perawatan medis, atau permanen sampai area tersebut sembuh,” kata Nugraha.
Nugraha menyampaikan, untuk pemindaian, perlu disiapkan benda keras, kuat dan lurus untuk dijadikan bidai. Bisa kayu yang ada di lokasi, atau penggaris atau majalah dan kardus yang dilipat biar keras dan lurus. Yang terpenting juga kain atau perban untuk mengikat.
Menurut Nugraha, komunikasi dengan korban harus dilakukan. Itu termasuk untuk membuat korban tidak mengalami cedera lebih lanjut. Termasuk agar mereka tetap nyaman.
Menurut Nugraha, idealnya bidai harus menutupi sendi di atas dan di bawah tulang yang patah untuk menjaga stabilitas. Di situlah perlunya komunikasi dengan korban untuk kenyamanan korban.
Sementara, Hendra Hidayat memaparkan penanganan bencana, terutama kebakaran, juga dengan memberikan banyak pengetahuan dan cara penanganannya. Hendra dibantu Agus Suroso, dari Bidang Pemadam Kebakaran, memperkenalkan banyak hal terkait dengan api, sejumlah alat untuk mencegahnya menjadi lebih besar dan cara-cara penanganannya.
Tim Pemadam Kebakaran Karimun terlebih dahulu menceritakan tentang apa itu bencana. Menurut Agus, bencana adalah kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan besar, kehancuran, atau gangguan terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Bencana dapat terjadi secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Ada bencana alam, bencana lingkungan dan bencana akibat manusia.
Bencana akibat manusia ini di antaranya kebakaran, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri. Agus fokus pada bencana kebakaran. Agus pun menjelaskan soal api, yang merupakan hasil reaksi kimia yang terjadi ketika bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan menghasilkan panas serta cahaya.
Api memiliki tiga elemen utama yang membentuk apa yang dikenal sebagai segitiga api, yaitu, bahan bakar berupa zat yang dapat terbakar, seperti kayu, kertas, minyak, atau bahan kimia. Kemudian oksigen atau yang ada di udara dan membantu proses pembakaran. Serta sumber panas yang cukup untuk memulai reaksi pembakaran, seperti percikan api atau suhu tinggi.
Agus pun memaparkan metode pemadam. Dia juga memperkenalkan berbagai alat pemadam api ringan (APAR) kepada para peserta. Jika salah satu dari tiga elemen ini dihilangkan, api akan padam. Oleh karena itu, metode pemadaman api bertujuan untuk menghilangkan salah satu atau lebih dari elemen segitiga api ini.
“Mengetahui cara pencegahan dan penanganan kebakaran sangat penting untuk mengurangi risiko kebakaran dan melindungi keselamatan diri dan lingkungan sekitar,” kata Agus.(Advertorial)