BATAMCLICK.COM: – Sekelompok ibu rumah tangga di Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, berhasil mengembangkan produk kuliner unik berbahan dasar daun kopi. Inovasi ini menjadikan peyek daun kopi sebagai oleh-oleh khas desa dan mendorong pertumbuhan UMKM lokal.
Kepala Desa Batu Ampar, Iskandar, menyampaikan apresiasi atas kreativitas warganya. Menurutnya, para ibu rumah tangga mulai mengembangkan produk peyek daun kopi sejak 2019 dan kini telah memiliki pasar tersendiri di berbagai daerah.
“Peyek daun kopi ini kerap dipesan sebagai oleh-oleh, terutama oleh pengunjung dari luar daerah seperti Padang, Yogyakarta, dan Palembang,” ujar Iskandar, Minggu (20/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa bahan baku peyek berasal dari tunas daun kopi yang dipangkas saat proses perawatan tanaman. Inisiatif ini tidak hanya memanfaatkan limbah alam, tetapi juga memperkuat identitas kuliner lokal.
Selain peyek, kelompok ibu-ibu ini juga memproduksi berbagai olahan lainnya seperti stik unji (kecombrang), stik rebung bambu, bolu kopi, bolu aren, gula aren, kolang-kaling, kue cucur, kue tat, bubuk kopi semang, serta gulai lemea, makanan khas suku Rejang.
Inovasi UMKM yang memanfaatkan potensi alam desa ini turut menjadikan Desa Batu Ampar sebagai destinasi wisata edukasi, terutama bagi pegiat lingkungan dan kelompok perempuan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada tahun 2023, Desa Batu Ampar meraih Juara Harapan II kategori Desa Wisata Maju dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebelumnya, pada 2021, desa ini juga meraih Juara III dan kerap mewakili Kabupaten Kepahiang dalam lomba desa wisata tingkat provinsi.
Ketua PKK Desa Batu Ampar, Dewi Herlinda, menjelaskan bahwa proses pembuatan peyek daun kopi menggunakan bahan serupa dengan peyek tradisional, seperti bawang putih, tepung terigu, telur, dan kencur.
Produk-produk UMKM ini dijual dengan harga terjangkau. Peyek daun kopi, stik unji, dan stik rebung dibanderol Rp10.000 per bungkus ukuran 100 gram. Sementara bolu kopi, bolu aren, dan kue cucur dijual Rp12.000 per bungkus. Gula aren seharga Rp20.000 per kilogram, dan bubuk kopi semang berkisar Rp250.000 per kilogram.
“Beberapa waktu lalu, wisatawan asal Swiss datang untuk melihat langsung kegiatan UMKM di desa kami. Pada pertengahan Mei 2025, tamu dari Filipina juga dijadwalkan mengadakan workshop fotografi dan pelatihan di sini,” ungkap Dewi.
Ia menambahkan, kelompok UMKM di desanya juga mendapatkan dukungan fasilitas dari pemerintah. Bantuan tersebut berasal dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian berupa bangsal pascapanen dan alat pengolahan komoditas hortikultura. Pemerintah desa turut memberikan dukungan berupa kompor, peralatan masak, dan etalase.
Sumber: Antara
Ibu-Ibu di Batu Ampar Olah Daun Kopi Jadi Peyek
BATAMCLICK.COM: – Sekelompok ibu rumah tangga di Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, berhasil mengembangkan produk kuliner unik berbahan dasar daun kopi. Inovasi ini menjadikan peyek daun kopi sebagai oleh-oleh khas desa dan mendorong pertumbuhan UMKM lokal.
Kepala Desa Batu Ampar, Iskandar, menyampaikan apresiasi atas kreativitas warganya. Menurutnya, para ibu rumah tangga mulai mengembangkan produk peyek daun kopi sejak 2019 dan kini telah memiliki pasar tersendiri di berbagai daerah.
“Peyek daun kopi ini kerap dipesan sebagai oleh-oleh, terutama oleh pengunjung dari luar daerah seperti Padang, Yogyakarta, dan Palembang,” ujar Iskandar, Minggu (20/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa bahan baku peyek berasal dari tunas daun kopi yang dipangkas saat proses perawatan tanaman. Inisiatif ini tidak hanya memanfaatkan limbah alam, tetapi juga memperkuat identitas kuliner lokal.
Selain peyek, kelompok ibu-ibu ini juga memproduksi berbagai olahan lainnya seperti stik unji (kecombrang), stik rebung bambu, bolu kopi, bolu aren, gula aren, kolang-kaling, kue cucur, kue tat, bubuk kopi semang, serta gulai lemea, makanan khas suku Rejang.
Inovasi UMKM yang memanfaatkan potensi alam desa ini turut menjadikan Desa Batu Ampar sebagai destinasi wisata edukasi, terutama bagi pegiat lingkungan dan kelompok perempuan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada tahun 2023, Desa Batu Ampar meraih Juara Harapan II kategori Desa Wisata Maju dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebelumnya, pada 2021, desa ini juga meraih Juara III dan kerap mewakili Kabupaten Kepahiang dalam lomba desa wisata tingkat provinsi.
Ketua PKK Desa Batu Ampar, Dewi Herlinda, menjelaskan bahwa proses pembuatan peyek daun kopi menggunakan bahan serupa dengan peyek tradisional, seperti bawang putih, tepung terigu, telur, dan kencur.
Produk-produk UMKM ini dijual dengan harga terjangkau. Peyek daun kopi, stik unji, dan stik rebung dibanderol Rp10.000 per bungkus ukuran 100 gram. Sementara bolu kopi, bolu aren, dan kue cucur dijual Rp12.000 per bungkus. Gula aren seharga Rp20.000 per kilogram, dan bubuk kopi semang berkisar Rp250.000 per kilogram.
“Beberapa waktu lalu, wisatawan asal Swiss datang untuk melihat langsung kegiatan UMKM di desa kami. Pada pertengahan Mei 2025, tamu dari Filipina juga dijadwalkan mengadakan workshop fotografi dan pelatihan di sini,” ungkap Dewi.
Ia menambahkan, kelompok UMKM di desanya juga mendapatkan dukungan fasilitas dari pemerintah. Bantuan tersebut berasal dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian berupa bangsal pascapanen dan alat pengolahan komoditas hortikultura. Pemerintah desa turut memberikan dukungan berupa kompor, peralatan masak, dan etalase.
Sumber: Antara