Operasi cabut pentil bukan hanya penindakan, tapi suara untuk pejalan kaki yang selama ini terpinggirkan
Aksi Jera Pemarkir Sesuka kembali bergema dari timur ibu kota. Pagi itu, di bawah langit Jakarta Timur yang sedikit mendung, petugas berseragam turun ke jalan. Mereka tak membawa senjata, hanya kunci pas dan papan pengumuman. Tapi langkah mereka tegas—memastikan trotoar kembali pada fungsinya: milik pejalan kaki.
Satu Hari, 28 Kendaraan Ditertibkan
Pemerintah Kota Jakarta Timur melalui Suku Dinas Perhubungan melakukan Operasi Cabut Pentil (OCP) di sepanjang trotoar Jalan Raya Pondok Kopi, Malaka Jaya. Hasilnya cukup mencengangkan: 28 kendaraan langsung ditindak. Petugas mencatat delapan kendaraan dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), 10 kendaraan diangkut menggunakan derek jaring, dan 10 kendaraan lainnya dicabut pentilnya di tempat.
“Sebanyak 28 kendaraan kami tertibkan dalam operasi di trotoar Jalan Raya Pondok Kopi, tepat di samping RS Pondok Kopi,” ungkap Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur, Renny Dwi Astuti, saat dihubungi pada Rabu siang.
Trotoar Bukan Garasi
Jalan Raya Pondok Kopi memang sudah lama menjadi sorotan. Banyak pengendara menjadikan trotoar sebagai garasi dadakan. Setiap hari, warga yang berjalan kaki harus rela menghindari spion mobil, menyelinap di antara ban sepeda motor, atau bahkan turun ke aspal demi melanjutkan langkah mereka.
Operasi ini pun bukan sekadar penertiban. Ini bentuk nyata keberpihakan pada hak dasar warga kota: ruang aman untuk berjalan kaki.
“Kami mendapat banyak laporan soal parkir liar yang menyempitkan badan jalan dan mengganggu lalu lintas,” kata Renny.
Aman, Tanpa Ricuh
Saat operasi berlangsung pada Selasa (8/7), suasana tetap kondusif. Tidak ada adu mulut, tidak ada perlawanan dari pemilik kendaraan. Petugas menjalankan tugas dengan tenang, tegas, namun tetap humanis. Kendaraan yang melanggar langsung ke kantor Suku Dinas Perhubungan untuk penindakan lebih lanjut.
“Penindakan ini merupakan bagian dari penegakan hukum atas pelanggaran parkir liar. Kami ingin memastikan trotoar tetap menjadi ruang untuk pejalan kaki,” tegas Renny.
Penindakan Rutin, Jadwal Terjadwal
Penertiban ini bukan yang pertama, dan bukan pula yang terakhir. Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur telah memiliki jadwal penindakan rutin di wilayah berbeda-beda. Mereka berkomitmen menjaga keamanan dan kenyamanan jalan bagi semua pengguna, tidak hanya mereka yang berkendara.
Harapan: Efek Jera dan Kesadaran Kolektif
Renny berharap aksi ini tidak hanya menimbulkan efek jera bagi pelanggar, tetapi juga membangkitkan kesadaran bersama. Ia mengajak masyarakat untuk menggunakan lahan parkir resmi yang sudah tersedia, bukan mengambil hak pengguna trotoar.
“Mari kita jaga trotoar tetap steril. Pejalan kaki juga punya hak untuk merasa aman dan nyaman,” ajaknya.
Kota yang Baik Dimulai dari Trotoar yang Rapi
Jakarta yang manusiawi bukan hanya dari gedung pencakar langit atau jalan tol yang mulus, tetapi juga dari trotoar yang bisa ramah anak-anak, orang tua, dan penyandang disabilitas tanpa harus was-was. Operasi cabut pentil mungkin terlihat keras, tapi di baliknya ada pesan lembut: bahwa kota ini milik semua, bukan hanya milik mereka yang berkendara.








