Batamclick: Manchester City harus puas menjadi runner-up Liga Champions 2020/2021. Kekalahan itu membuktikan bahwa Do Dragao jadi batu sandungan bagi City di musim ini.
The Citizens gagal juara setelah dipaksa mengakui keunggulan Chelsea 0-1 pada laga final yang digelar di Estadio Do Dragao, Minggu (30/5/2021) dinihari WIB. Kai Havertz tampil sebagai pahlawan Chelsea dengan mencetak satu-satunya gol di pertandingan itu yang terlahir di akhir babak pertama.
Semakin apes karena City kehilangan salah satu pemain terbaiknya, Kevin de Bruyne, di tengah-tengah laga. Bintang sepakbola Belgia itu cedera setelah tabrakan dengan bek Chelsea Antonio Ruediger. De Bruyne tak sanggup melanjutkan permainan setelah 60 menit.
Meski tampil lebih bagus setelah turun minum, seluruh upaya Man City gagal menciptakan gol balasan. Alhasil, City pun dipaksa merelakan trofi Liga Champions melayang ke tangan Chelsea, yang sekaligus menandai bahwa mereka masih harus memburu gelar elite Eropa pertama dalam sejarah klub.
Kekalahan di tangan Chelsea itu menegaskan bahwa City memang tidak hoki di Dragao pada musim ini. Dari 13 pertandingan yang dilakoni dari fase grup hingga final, si Biru Langit cuma dua kali gagal menang. Hasil-hasil tersebut didapatkan City di kandang FC Porto itu.
Sebelum dikalahkan Chelsea di sana, City juga cuma seri tanpa gol melawan Porto dalam pertandingan Grup C pada Desember 2020.
Namun, toh taktik manajer Pep Guardiola banyak dituding sebagai biang kegagalan Man City. Guardiola menurunkan starting XI yang mengejutkan karena tidak memakai gelandang bertahan usai mencadangkan Fernandinho dan Rodri.
“Saya rasa dia akan dituding terlalu banyak utak-atik, karena dia mengubah cara dia bermain sepanjang musim. Selama ini dia selalu punya Rodri atau Fernandinho di sana (tengah), tapi dia mengubahnya. Kita tahu secara taktik, dia gemar utak-atik, dia mungkin melihat sebuah kelemahan di sana, tapi Thomas Tuchel meredam ancaman apapun,” analisis mantan bek top Rio Ferdinand usai Man City tumbang.