BATAMCLICK.COM: Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman, Sumatera Barat mencatat sebanyak 10.575 warga dari 3.450 rumah di daerah itu terdampak banjir. Musibah ini terjadi sejak Sabtu (22/11/2025) hingga Kamis (27/11/2025).
“Satu orang hilang, hanyut terbawa banjir saat jembatan (Koto Buruak) di Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung ambruk (pagi tadi),” kata Bupati Padang Pariaman. Melalui Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Padang Pariaman Zahirman, Kamis (27/11/2025) malam.
Ia mengatakan akibat banjir tersebut setidaknya 2.968 korban harus mengungsi ke tempat yang telah disediakan pemerintah setempat.
Pemkab Padang Pariaman juga mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan serta membuka pelayanan kesehatan korban bencana di Padang Pariaman.
Ia menyampaikan 11 kecamatan di Padang Pariaman mengalami banjir. Serta 17 kecamatan di daerah itu yang mengalami bencana dalam sepekan terakhir. Kecamatan yang mengalami banjir terparah yaitu di Ulakan Tapakis.
3 Kusang Meluap dan Menyapu Pemukiman
Banjir di Padang Pariaman tersebut, lanjutnya akibat meluapnya sejumlah sungai di antaranya Batang Anai, Batang Tapakih, dan Sungai Batang Ulakan, akibat tingginya curah hujan.
Akibat banjir tersebut enam unit fasilitas ibadah terendam banjir, satu unit fasilitas pendidikan terendam, rumah rusak 17 unit, 13 unit rumah hanyut ke sungai di bawa banjir, tiga unit fasilitas pendidikan rusak, serta merusak ladang dan sawah petani.
Pihaknya mengimbau warga untuk selalu meningkatkan kewaspadaan seiring dengan cuaca ekstrem yang masih menerpa daerah itu dan sekitarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, Sumatera Barat mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Cuaca ini masih berlangsung hingga 29 November 2025 mendatang.
“Dengan melihat perkembangan atmosfer aktual, masyarakat harap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Terutama hujan lebat hingga ekstrem beserta angin kencang di sebagian besar wilayah Sumbar,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan di Padang Pariaman.
Desindra Deddy mengatakan peringatan cuaca ekstrem tersebut sehubungan dengan adanya bibit siklon tropis 95B yang teridentifikasi sejak 21 November 2025 di wilayah Selat Malaka sebelah timur perairan Aceh.
Kondisi tersebut, ujar dia, memicu pola pertemuan arus angin atau massa udara di Sumbar. Serta Indeks Ocean Dipole (IOD) bernilai negatif. Sehingga meningkatkan suplai uap air dan kelembapan yang menyebabkan kondisi atmosfer labil.








