Pensil: Pensiun Usil
Terinspirasi dari judul film yang dibuat tahun 2010 “Eat, Pray, Love”, dibintangi artis sensual Julia Roberts, penulis ikutan niru-niru, sedikit dirubah jadi judul tulisan ini. Film yang sebagian syutingnya di Bali, bercerita tentang seorang wanita yang mempunyai segalanya dalam hidup, suami, rumah dan karier yang bagus.
Kehidupannya terlihat sempurna, tanpa cela dan “bahagia” fisik belaka, tapi apa yang terlihat sempurna dari luar belum tentu sama apa yang dirasakan di hati.
Rumah tangga gagal, terpaksa bercerai dari suami, hidup begitu hampa atau terpuruk ku disini, macam judul lagu Ari Lasso dan Kla Project saja ya.
Singkat cerita (nonton saja filmnya, saya juga belum nonton hehehe), dalam keputusasaan dia berkeliling dunia untuk mencari jati diri dan tujuan hidup. Di Italy, dia menemukan makna sejati, kenikmatan lewat makan (eat). Di India, dia merasakan kenikmatan berupa kekuatan doa (pray) yang sedikit bisa mempengaruhi hidupnya lebih tenang. Kemudian sampailah ke Indonesia, tepatnya Bali, dia memperoleh cinta (love) sejati.
Tiga kata tersebut, memang menu dalam kehidupan sehari-hari kita di dunia ini. Sebab manusia perlu makan, makan untuk hidup, hidup untuk makan. Terkadang hidup ini kejam harus “memakan” orang dulu baru dapat makan. Untuk makan tentunya perlu usaha, bekerja berusaha mendapatkannya.
Bekerja memperoleh gaji atau upah, tak ada kerja tak ada duit, bo cokang bo lui, bo lui bociak, kata kawan saya. Ada yang memperoleh rezeki dengan sulit berhari berbulan dirasa kurang memadai.
Namun ada juga orang memperoleh uang dengan mudah. Bagaimana pun saat itu rezeki identik dengan uang. Demi uang bisa saling membunuh, gelap mata ,dan benar jadi salah, salah jadi benar.
Banyak contoh dari cara mendapatkan uang dengan kedua cara tersebut, terlepas halal ataupun haram ataupun di tengahnya yakni syubhat. Kalau diuraikan panjang, biar nanti kita dengar ceramah agama saja. Kata pepatah “banyak jalan menuju Roma”.
Roma adalah salah satu kota di Italy , tak salah juga Julia Roberts perginya ke sana ya. Rezeki itu bukan hanya semata duit tapi makanan yang lezat dan nikmat alias maknyus dan versi film itu ya adanya di Italy.
Kalau tahu dari awal, kita suruh dia datang ke Kepri saja, ada luti gendang, asam pedas, sotong masak hitam, singgang ikan senangin, lendot, table mando, kernas, dan lain-lain. Itu kalau penulis skenarionya kita dan pasti shootingnya di Kepri. Hehehe..
Kata kedua yakni doa. Doa adalah sakral, karena doa itu untuk tujuan kebaikan. Kita dilarang berdoa untuk keburukan sesuatu atau orang lain, walau orang tersebut demikian parah berbuat buruk kepada kita.
Doa adalah kunci memulai suatu langkah apapun kegiatannya. Ajaran agama apa saja yang kita lakukan didahului doa (ora et labora). Doa biasanya diiringi niat, niat yang tulus dan doa yang fokus, usaha yang serius tentunya mempercepat datangnya rezeki, kalau tak percaya tanyakan ahli agama.
Doa orang teraniaya biasanya makbul lho, diijabah oleh Tuhan. Jadi hati-hati dengan orang yang kita tindas, kita bully, kita sakiti, baik dengan omongan maupun tindakan. Suatu saat doanya terkabul, azab kita.
Dan semua kejelekan kita terbongkar dengan sendiri. Banyak kejadian seperti itu, kita bisa rasakan sendiri. Tapi kadang kita menganggap remeh orang lain saat kita punya power seolah org lain itu tak berdaya. Tapi doa mereka manjur dan makbul, dan kembali effectnya ke kita yang menganiaya mereka.
Sedangkan cinta, adalah rasa suka dan pilihan dari setiap insan, atas nama cinta kata Rossa. Kalau semua dengan cinta di hati apalagi cinta yang tulus dari hati, semua terealisasi. Jika ada yang menyatakan cinta itu palsu, gombal itu bukan karena cinta tapi orang yang ngomongnya yang tak betul.
Soal cinta ini, tentunya berdasarkan pengalaman masing-masing lah. Karena cinta itu tak berbentuk benda tapi dirasakan..katanya begitulah.
Saking cintanya kepada seseorang atau teman atau orang lain, salah pun orang tersebut dibela, bahkan mati-matian atau setengah mati, jika mati beneran rugilah. Itu namanya taqlid, mencintai sesuatu seseorang membabi-buta tanpa logika, tanpa pikir panjang. Bela habis-habisan, demo besar-besaran, ngomong sembarangan dan tak karuan. Istilahnya “pasang badan”gitulah.
Bahasa kerennya loyalitas, walaupun loyalitas buta. Biasanya yang beginian jelas tu, ada yang ikhlas cinta , jaga marwah, harga diri dan alasan lainnya. Tapi ada juga yang karena sesuatu kata Syahrini. Mungkin ada hubungan dengan kata “ rezeki “ di atas, udah dapat sesuatu baru bilang cinta. Cinta katanya, tapi ada maunya,demi ini ,demi itu, Demi Moore juga boleh.. hehe. Sehingga logika berada di urutan nomor corot, pokoknya ambil dulu, dan gasss.
Banyak yang kehilangan logika berpikir, jika logika “ setiap binatang bertanduk itu menyusui, maka kambing dan kerbau menyusui”. Jika setiap orang hamil perutnya buncit, ini premise nya keliru, sehingga konklusinya juga keliru. Biasanya yang hamil itu ibu-ibu, tapi nyatanya yang perut buncit saat ini adalah bapak-bapak, termasuk saya juga..hehehe.
Dengan logika biasanya tersusun kata indah, tertata dengan baik runut dan mudah dimengerti baik ucapan lisan maupun tulisan (misal : berita). Enak kan kata-kata yang keluar dengan santun membuat kita yang mendengarnya sejuk. Karena yang mengucapkannya juga faham artinya dan berusaha tidak menyinggung orang lain.
Jika sadar dan tidak emosi, pasti kata-kata seperti “jadi beban negara, kiyai amplop, atau gerombolan pasti melukai rasa komunal atau kelompok, ya jadi viral.
Kadang mungkin sengaja bikin viral biar dilihat hebat. Macam artis gitu bikin sensasi, bikin drama kawin cerai dipublish dan tambah top. Ada juga kata yang diucapkan lembut tapi tendensius, menyindir, yang mendengarnya juga tak senang.
Inilah perlu kecermatan untuk tidak hanya membaca apa yang tersurat , misalnya suatu informasi atau berita. Tapi bacalah dengan bahasa divergent apa baik atau buruk apa yang terucap dan tertulis.
Kita hidup di zaman penuh dinamika, tidak apa mau kita saja. Bukan zaman kerajaan yang semua hal hampir diatur oleh raja. Inggris yang monarchi berabad lamanya juga berubah. Kalau dulu keluarga kerajaan diatur istana semua.
Pasti ada yang sedikit “memberontak” tapi tidak menyalahi, seperti Putri Diana yang tak mau diatur protokol. Dan lebih senang berada di luar istana berbaur dengan rakyat. Dan bahkan Pangeran Harry rela keluar dari istana jadi rakyat biasa.
Kita harus berubah , baik yang memimpin di atas dan yang dipimpin di bawah, yang tak berubah itu adalah Dia Tuhan yang di atas segalanya, yang maha di atas.
Kita-kita ini sudah diberikan oleh-Nya pikiran dan logika untuk memilih yang terbaik menurut-Nya bukan menurut kita. Dengan logika kita melahirkan kata tentunya kata yang indah pula.
Logika wadahnya di otak atau pikiran, walaupun pikiran benar, harus juga disaring dengan cinta yang maqamnya berada di hati. Ibarat kita berkendaraan di lajur sempit.
Kita sudah sesuai aturan di jalur yang benar, namun ada org yang menyalib dari depan kita, kita terpaksa berhenti sebentar demi keselamatan bersama.
Logika kita benar, tapi geser dikit kebenaran demi nama cinta, dan berpikir positif, mungkin mereka yang nyalib, buru-buru ada keperluan mendesak, melihat keluarga yang sakit, karena mengejar acara takut terlambat. Karena apabila apalagi logika dan cinta tidak dikedepankan, akan keluar kata-kata” hoooi…jalan ini bukan moyangmu punya” dan kata lainnya yang kita saksikan sehari-hari di jalan. Katanya sifat seseorang terlihat dari cara nyetirnya di jalanan.
Walau pakai mobil mahal tapi ada juga yang nyetirnya ugal-ugalan. Tak sesuai antara harga mobil dan harga kelakuan.
Terakhir, teringat tulisan indah salah seorang wartawan senior, “ kita harus mempunyai logika yang cukup untuk mengatakan atau tidak mengatakan sesuatu”.
Salam dari hati.