BATAMCLICK.COM, Sejumlah permintaan dari para insan film Indonesia belum lama ini disampaikan kepada presiden. Permintaan perihal penyelamatan industri film yang terdampak pandemi itu disambut baik oleh Presiden Joko Widodo.
Dalam permintaan kepada presiden lewat surat terbuka itu, para pelaku industri film yang terdiri dari produser film, sutradara, aktor, pemilik bioskop, dan pengurus asosiasi serta Badan Perfilman Indonesia mengajukan 5 permintaan ke pemerintah. Permintaan itu di antaranya stimulus untuk distribusi film lewat dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan mekanisme yang transparan, kampanye “Kembali Menonton di Bioskop” berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan, dan Satgas COVID-19 untuk menghilangkan stigma negatif menonton bioskop di kala pandemi.
Selain itu, penggiat industri ini juga meminta keringanan pajak hiburan atas bisnis film Indonesia serta langkah cepat, nyata, dan tegas memberantas pembajakan film, dan percepatan vaksinasi bagi para pekerja industri film.
Lima permintaan itu diterima oleh Presiden Joko Widodo usai pertemuan dengan sejumlah pelaku industri di bawah organisasi Badan Perfilman Nasional, Asosiasi Produser Film Indonesia hingga PARFI.
Dalam pernyataan yang dirilis hasil pertemuan tersebut, presiden akan berkoordinasi dengan kementerian-kementerian terkait untuk menyusun paket stimulus. Selain itu presiden juga akan membuat program vaksinasi dalam penanggulangan COVID-19, dan pemulihan ekonomi nasional.
Program vaksinasi bagi para insan film direncanakan dapat dimulai pada awal April 2021. Sementara itu, Presiden Joko Widodo juga meminta Kepolisian Republik Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menangani pembajakan.
Dampak pandemi bagi pekerja film juga sangat besar. Tahun 2019 terdapat 129 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton film nasional sebesar 52 juta orang. Ini berarti satu judul film ditonton oleh kurang lebih 400 ribu penonton. Dibandingkan dengan kondisi selama pandemi, data per akhir Februari 2021 menunjukkan terdapat 9 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton hanya sekitar 400 ribu orang. Kerugian penerimaan pajak dari penonton bioskop saja mencapai Rp 1,5 triliun dan pendapatan tidak langsung bioskop Rp 1,2 triliun.
Adanya platform distribusi secara streaming pun belum dapat menopang industri dan nilai pembelian film yang belum dapat menutup biaya produksi, terutama untuk film dengan bujet besar.
“Film bukan hanya merupakan komoditas hiburan, tapi juga membawa wajah Indonesia ke dunia internasional. Secara potensi, industri film Indonesia dengan keberagaman budaya dan jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar utama sangatlah besar dan karenanya sangat layak untuk diselamatkan.” kata Shanty Harmayn, produser film Indonesia.
Tanpa pemasukan yang normal seperti sebelumnya dan operasional yang masih berjalan, tak sedikit jaringan bioskop yang rugi dan harus menutup sejumlah layarnya.Dalam wawancara dengan detikcom belum lama ini, ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia, Djonny Syafrudin, mengungkapkan kerugian bioskop yang ditanggung selama setahun belakangan.
“Semua karyawan tinggal sepertiga. Bioskop juga ada yang belum berani buka karena akan menyebabkan kerugian kalau semuanya dibuka. PLN juga tetep aja nggak mau tahu mereka pasang tarif. Jadi satu lokasi ada yang kerugiannya sampai Rp 150 juta perbulan. Yang independen itu Rp 50 juta-Rp 60 juta,” tutur Djonny Syafrudin. (mat)
sumber: detik.com